Dari kejauhan pelabuhan lahewa terlihat ujung tiang2 kapal yang mulai kelihatan hingga tampak jelas dikelopak mataku 2 buah kapal kayu besar berdiri kokoh berlabuh. Disudut kiri pelabuhan kami disambut oleh bangkai2 perahu kecil yang berserakan tak menentu arah. Disudut sebelah kanan tampak nelayan sedang sibuk bercengkram dengan mesin2 tua perahu kecilnya yang dimakan usia yang harus bersaing dengan kapal yang lebih baru, besar & kokoh.
Tampak jelas keceriaan di raut wajah anak2, bermain, melompat dari kapal ke air laut yang sudah terkontaminasi dengan minyak polusi dari kapal. Sedikitpun tak terbesit di raut wajah mereka akan penyakit kulit. Anak2 dipingir pelabuhanpun tak mau kalah unjuk gigi, tertawa, bercanda sambil mengkayuh sepeda butut milik mereka.
Setelah hampir 15 menit perahu yang kami tungu2 tiba juga. Sebuah perahu tua yang dikayuh sedikit demi sedikit merapat ketepi pelabuhan. Kami yang hampir 10 orang menurut skenario harus dilansir 2kali. Setelah malakukan proses ritual bersandar ditepi pelabuhan, mesin tua perahu mulai dihidupkan. Bim salah bim!! Apes mesin tak dapat dihidupkan. Kami memberikan kesempatan bapak itu untuk memperbaikinya. Waktu berjalan terus tanpa ada kompromi, kami mencari alternatif laen karena sudah menunggu lebih dari 10 menit.
Sebuah perahu lumayan besar dengan seorang anak laki2 kelas 3SD bermarga Zalukhu & ayahnya siap menampung dan menghantarkan kami ketujuan. Ditengah perjalan suasana riang & gemberia menyelimuti hati kami. Mentari mulai merapat ketepi Barat. Tapi sunset yang aku tunggu2 tak tampak jelas dilaut. Sinar mentari memantulkan cahaya dipepohonan kelapa dipinggir pantai. Sunset yang berbeda, tampak pemandangan air laut biru temaram kegelapan & kontras dengan pemandangan di tepi pinggir pantai pepohonon kelapa berjejer rapi yang diterangi sinar mentari terbenam. Wahhh indahnya.
Ritual merapat ke kerambah sedikit mengalami gangguan tekhnis, karena kerambah ini tidak di design untuk berlabuh kapal berukuran sedang seperti yang kami tumpangi. Kalau saja perahu ini menabrak kerambah pastilah ikan, lobster, kepeting beserta teman2nya akan kabur terbirit2 melarikan diri kelautan bebas. Berkat keuletan Bapak penjaga kerambah kami dapat berlabuh dengan benturan sedikit nakal. Tak pernah kubayangkan sebelumnya dapat memegang lobster & kepiting hidup2. Takut juga sebenarnya, tapi takut diejek penakut kuberanikan tuk memegangnya. Rupanya cepit kepitingnya sudah diikat dengan tali, perasaan aman pun meningkat diiringi kepercayaan diri.
Ditengah keasyikan kami bermain dan bercengkram dengan binatang2 laut. Tiba2 byurrrrrrr. Teman kami Jhonter Hutabarat alias Jhonter West menjebur dilaut. Spontan anak2 teriak “tulang, west HPloe mana?” termasuk aku yang P3 (Pura2 perhatian). Dengan tenang siwest menjawab “sudah aman kok dikantong saku-ku”. Doooong serontak kami tertawa terbahak2. Jhonter dodol ya rusaklah HPnya terkena air laut.
Puas setelah menyantap seeafod dengan hasil tangkapan sendiri, maksudnya hasil tangkapan kerambah. Ikan kerapu, lobster & kepiting semuanya manis2 fresh graduate. Kok manis perasaan nyucinya diair laut hehheheheh. Dasar manusia kalau the power of kevevetnya timbul, tak inget teman. Semua air habis diembat, yang tersedia hanya tinggal bir. Termasuk anaknya si nelayan minum bir juga yang dikasi oleh ayahnya. Anak sekecil itu uda dikasi bir, kalau sudah besar dikasih apa ya? Secara aku baru mengenal minuman alkhol pada saat kelas 2SMA itu pun karena ada pelajaran bartending.
Tak terasa mentari telah digantikan dengan rembulan. Saatnya pulang, perjalanan tersingkat yang pernah aku lakukan, pulang pergi 3jam, kerambah. Fuihhh rupanya perahu kami tidak dilengkapi dengan lampu. Was2 juga saat berlambuh dipelabuhan takut nabrak. Karena takut nabrak seperti kejadian kapal Titanic, kami menyoroti pelabuhan dengan HP. Gak ngaruh kali. Untung pak Nelayannya hapal dimana posisi kapal kami harus menepi. Aku tercengang liat anak nelayan yang sibuk mengutak atik mesin yang mengetahui kapan saatnya mesin dimatikan dan ayahnya sibuk mengemudikan kapal. Kalau semenit aja kapalnya mesinnya terlambat dimatikan, jadilah perjalanan kerambanh menjadi jalan menuju kerendah.