Senin, 02 Februari 2009

Unoccupied Beautiful Makora Island

View of Makora Island
Kalau ke Sabang ada ferry penumpang yang sangat layak konsumsi dan tersedia berbagai jenis kelas seperti layaknya pesawat, mulai dari kelas ekonomi, bisnis & eksekutif yang dapat ditempuh hanya 1 jam dari pelabuhan Ulele di Banda Aceh. Kalau ke sibolga ada ferry yang biasa disebut dengan kapal cepat. Ferry ini dapat menempuh 3 jam dari gunung sitoli sedangkan ferry besi (yang dapat menampung penumpang & berbagai jenis kendaraan) yang dikelola oleh ASDP bisa ditempuh dalam waktu lebih dari 8 jam. Jadi wajar adja kalau masyarak setempat menyebutnya kapal cepat. Kalau kapal di makora, sulit mendeskripsikannya. Hanya manusia berhati baja, bertekad bulat dan keukeuh ingin melihat pulau ini yang berani mengambil resiko melakukan perjalanan ke pulau yang tak berpenghuni ini. Hanya sebual kapal kecil, terbuat dari kayu yang lapuk karena sudah termakan usia dan bermesin sederhana plus bonus perahu yang kerap bocor. Gayung hitam yang ternoda pelumas siap menjalankan tugasnya menguras air apabila mesin sudah mulai terendam. Inilah saatnya dibutuhkan seorang volunteer untuk menjadi nakhdoa, yang tentu saja salah satu dari penumpang. Sipemilik kapal sibuk bergelut dengan air yang berwana hitam di ruang mesin. Pilu emang, tapi itulah pemandangan yang lumrah dan kerap terjadi di pulau kecil di negri tercinta ini.

Penderitaan belum sampe disini saja. Yang namanya pulau kecil, cuaca sangat unpredictable. Jadi siap2 terpanggang bila raja siang menampakan wujudnya, atau basah kuyup bila hujan turun yang disertai dengan badai. Lengkaplah penderitaan ini. Tetapi semua tantangan, halangan dan rintangan tidak menggoyahkan semangat kami. Ini terlihat dari bukti canda, tawa dan pose nakal kami yang kadang2 membuat kapal hilang keseimbangan dan sebuah lagu yang mendadak tercipta dinyanyikan dengan nada yang tidak jelas. Begini liriknya “Naik kapal besar tidak tersedia, naik kapal sedang juga tidak ada, naik kapal kecil terima adja”.

Cuaca sangat mendukung saat keberangkatan kami. Mendung ditambah ikan2 kecil berlompat2 mendekat kearah kapal kami. Suatu pemandangan yang attractive. Namun cuaca yang tiba2 berubah panas membuat kami berebut untuk bertedu. Cover area untuk berteduh limited edition, tidak cukup untuk menapung kami yang lebih dari 20orang saat itu. Jadi hukum sale berlaku disni, siapa cepat dia dapat. Sebenarnya ruang teduh ini hanya untuk melindungi mesin kapal dari panas dan hujan, jadi harus rela kalau si Bapak menggusur untuk memeriksa mesin kapal yang sering terendam air. Jadi kegiatan menggantikan bapak sebagai nakhoda sangat lazim terjadi. Sebenarnya ini pengalaman yang seru juga, jadi tidak heran kalu anak2 saling berebut ingin menggantikan posisi si bapak.

Namun semua ini terbayar oleh pemandangan Makora Island yang sangat indah. Pulau kecil yang berpasir putih terlihat jelas didepan mata. Ingin rasanya menjeburkan diri ke air secepatnya. Makora hanya memiliki pantai sekitar 3 meter yang dangkal, selebihnya jauh menjorok cukup dalam. Dapat terlihat jelas bila memakai google, cukup menegakan bulu kuduk juga memandangnya. Puas rasanya, airnya tenang, jernih dan tidak berombak. Seperti berada di kolam renang raksasa terbuka plus pemandangan alam yang menakjubkan. Pulau2 kecil yang tidak mau kalah unjuk gigi mengelilingi pulau makora, membuat pulau ini lebih exotic untuk dipandang. Tidak rela rasanya meninggalkan pulau ini, begitu tentram dan damai. Jauh dari kehidupan hiruk pikuk kota.
How to get mokora island? Makora dapat ditempuh 1 jam dengan kapal seala kadarnya dari Lahewa, Nias Utara.

How to get Lahewa, Nias Utara? Lahewa dapat ditempuh 2 jam via darat dari Gunung Sitoli, Ibukota Nias.

How to get Gunung Sitoli? Mau tau jawabannya, will be right back after these commercial breaks.

1 komentar:

  1. huahahahaha...
    Makora island... an Unorgatable memories of my life..
    miss all my buddies there..
    Wish we can go there again
    someday...

    BalasHapus

Jangan sungkan tuk ninggali komen. Plissssss